Minggu, 12 Desember 2010

LIGA SPANYOL KURANG MENARIK

KERINCI:

 

JAMBI EKSPRES:
Kurang Kompetitif, Liga Spanyol Terancam Tak Menarik

Laga "clasico" antara dua klub raksasa La Liga --Barcelona dan Real Madrid-- Senin nanti akan mengukuhkan kuatnya dominasi dua klub terkaya dunia itu dalam mempengaruhi liga domestik Spanyol.

Sumber kekuatan itu berasal dari pendapatan tahunan hak siar senilai 600 juta euro (799 juta dolar AS), karena Spanyol membolehkan klub bernegosiasi sendiri dengan perusahaan bukan kolektif seperti diterapkan kebanyakan liga-liga Eropa pesaingnya.

Real dan Barca yang akan bertemu di Stadion Camp Nou untuk satu laga yang akan disaksikan jutaan orang seluruh dunia, menguasai sekitar setengah dari total keuangan liga sehingga mereka mampu membayar biaya transfer fantastis untuk para pemain terbaik dunia.

Klub-lub La Liga lainnya hanya mendapatkan bagian seadanya dan banyak diantara mereka gagal, bahkan berujung ke salah pengelolaan. Mereka tak memiliki harapan memenangkan liga.

Sebuah kesepakatan dengan 11 klub elite di La Liga bulan ini untuk penayangan pertandingan mulai 2015 sepertinya akan makin menguntungkan posisi keuangan Real dan Barca, sementara yang lainnya menjadi makin terpinggirkan saja, demikian para analis.

Akan semakin sulit saja memperoleh hak siar untuk liga beranggotakan 20 klub ini, di mana hanya dua tim yang terus bersaing menggapai juara di setiap musim dan dalam jangka panjang Real dan Barca akan kehilangan sejawat-sejawat klub Liga Spanyol, tambah para analis itu.

Berdasarkan kesepakatan itu, Real dan Barca akan mendapatkan 34 persen pendapatan dari hak siar yang dirundingkan dalam kesepakatan bersama sejak 2015 itu, dengan 11 persen lainnya untuk Valencia dan Atletico Madrid, sementara sisanya dibagi berdasarkan posisi dalam klasemen pertandingan.

Optimistis

Angel Barajas, profesor manajemen keuangan pada Universitas Vigo mencatat bahwa kondisi pasar TV yang dilanda krisis mungkin berubah secara signifikan sampai 2015 dan harapan klub-klub itu untuk mendapatkan tambahan senilai 200 juta atau 300 juta mungkin optimistis.

"Mengingat senjangnya keseimbangan kompetitif, maka La Liga tidak akan cukup menarik untuk mempromosikan perang penawaran hak siar. Jika segala sesuatunya terjadi seperti apa adanya, maka minat ke La Liga berkurang, dan akibatnya pendapatan dari hak siar (pun berkurang)," kata Barajas kepada Reuters.

Enam klub La Liga yang tidak menandatangi kesepakatan tersebut --Sevilla, Villarreal, Athletic Bilbao, Espanyol, Real Zaragoza dan Real Sociedad-- mendukung sistem alternatif yang mirip dipakai Liga Premier Inggris, di mana kesenjangan antara klub kaya dan klub miskin jauh lebih tipis.

Sebuah studi yang diterbitkan Mei lalu oleh perusahaan konsultan Sport+Markt, menunjukkan Real dan Barca memperoleh keuntungan dari hak siar 19 kali lebih banyak dibandingkan klub-klub kecil di divisi utama. Dan ini adalah kesenjangan yang paling lebar dibandingkan liga Eropa manapun.

Klub terkaya di Liga Premier saja hanya mendapat sekitar satu miliar euro per tahun dari pendapatan penyiaran TV, atau hanya 1,7 kali lebih banyak dibandingkan pesaing-pesaing mereka yang paling kecil.

"Dalam lima tahun terakhir persentase gelar juara La Liga berkutat pada dua klub besar saja mencapai 100 persen dan di masa mendatang tidak akan ada lagi peluang bagi klub-klub lain untuk bisa bersaing dengan Real Madrid dan Barcelona dalam mendapatkan gelar juara liga, " kata Presiden Sevilla Jose Maria del Nido pekan lalu.

"Ini adalah hal yang tak terjadi pada tetangga-tetangga Liga Eropa kami," sambungnya.

Keenam klub berjanji akan membawa kasus ini ke otoritas kompetisi Spanyol.

Proposal alternatif keenam klub ini adalah 40 persen dari pendapatan hak siar dibagi rata untuk semua klub, sedangkan 60 persen sisanya disalurkan berdasarkan kriteria-rekteria seperti hasil di lapangan dan pangsa pemirsa.

Skotlandia

Jose Maria Gay, profesor akuntansi dan ahli keuangan sepakbola pada Universitas Barcelona, mengatakan Spanyol telah berubah menjadi Skotlandia kedua di mana di liga ini juga yang ada tim menonjol, yaitu Celtic dan Rangers.

"Klub-klub yang ikut dalam kesepakatan bersama dua klub besar itu tengah membunuh kemampun mereka untuk berkembang dan menyerahkan liga kepada kedua klub paling kuat itu, " kata Gay kepada Reuters.

"Dalam jangka panjang, liga Spanyol akan kian melemah dan orang-orang akan kehilangan minatnya. Sekarang saja sangat sulit menjual produk La Liga ke seluruh dunia. Ini akan menjadi masa depan menyedihkan bagi liga itu jika masalah ini tidak dituntaskan."

Real Mallorca adalah salah satu dari sebesal klub yang menandatangani kesepakatan dengan Real dan Barca itu.

UTZ Claassen, pengusaha Jerman dan profesor manajemen yang baru saja membeli saham klub asal Kepulauan Balearic itu, mengakui distribusi pendapatan penyiaran di Spanyol tidak merata, namun dia menyambut setiap kemunculan sistem yang lebih adil.

"Dalam kehidupan, di beberapa hal evolusi itu lebih baik dari revolusi dan oleh karena itu satu kesepakatan yang bergerak dalam arah yang benar adalah lebih baik, bukan lebih buruk," katanya kepada Reuters.

"Dalam jangka panjang, distribusi pendapatan hak siar yang lebih adil dan lebih merata adalah juga menjadi kepentingan utama Real Madrid dan Barcelona."

Dia menyambung, "Kompetisi itu penting bagi Anda untuk tetap menjadi kelas dunia, sehingga saya pikir jika kompetisi itu menjadi tidak merata dan terlalu mudah bagi Barca dan Madrid maka itu tentunya tak akan membantu mereka, sebaliknya membahayakan daya saing internasional mereka."

Relasi Modal Dan Kekuasaan di Era SBY

JAMBI EKSPRES:
Relasi Modal Dan Kekuasaan di Era SBY
Minggu, 28 November 2010 09:03 WIB

Bambang Soesatyo
Modal dan kekuasaan. Ibarat dua mata uang yang tidak terpisahkan, saling menopang satu sama lain.

Politik membutuhkan modal untuk mengatrol kemenangan. Sementara modal membutuhkan politik sebagai alat untuk memperoleh keuntungan.

Dalam dunia politik, modal merupakan salah satu kekuatan yang dapat mengantarkan kemenangan. Sinergi keduanya akan memunculkan kekuatan luar biasa.

Dalam percaturan politik Indonesia, kecenderungan "take and give" antara modal dan kekuasaan begitu terlihat. Seorang yang ingin menjadi penguasa harus mengeluarkan uang dalam jumlah besar dari kantongnya. Tanpa modal, kekuasaan hanya menjadi angan belaka.

Ekses negatif hubungan modal dan kekuasaan masih membelenggu pimpinan negara ini. Pimpinan negara kadang setelah terpilih tidak bisa berbuat banyak untuk rakyat. Bahkan, justru kerap membuat rakyat makin menderita. Kenapa begitu?

Sebab pada kenyataannya, selama lima tahun menjabat, tiga tahun pertama ia disibukkan mengembalikan utang atas modal kampanye dan dua tahun terakhir sibuk mempersiapkan modal untuk Pemilu berikutnya.

Selain itu, selama lima tahun pemerintahannya, ia harus membuat kebijakan-kebijakan "pro pemilik modal". Karena keberhasilannya terpilih tak lepas dari peran serta mereka. Itulah realitas dalam kehidupan politik di Indonesia.

Dalam pemerintahan SBY pun hal seperti itu masih secara mudah ditemukan. Kasus terhangat yang bisa ditelisik adalah kasus suap Rp24 miliar dalam pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Miranda Swaray Goeltom beberapa waktu lalu.

Banyak keanehan yang muncul dalam kasus travel cek tersebut. KPK sudah menetapkan 26 mantan dan anggota dewan menjadi tersangka dalam kasus tersebut. Namun, hingga kini KPK belum mampu menjerat Miranda.

Bahkan, Miranda Goeltom yang sempat diperiksa KPK pada 4 November 2010 lalu, hanya berstatus sebagai saksi atas tersangka Hamka Yandhu. Aneh memang!

Kasus suap pemilihan Deputi Gubernur Senior BI ini sebenarnya sudah sangat terang benderang. Dalam konstruksi hukum, seharusnya ada dua pihak yang terlibat; pemberi dan penerima suap. Penerima suap sudah ditetapkan sebanyak 26 tersangka.

Secara logika, jika sudah ada penerima suap yang dicokok, tentu sangat mudah untuk mengetahui siapa yang memberi suap. Dalam UU Anti Korupsi pun secara gamblang disebutkan penerima dan pemberi suap sama-sama melanggar hukum.

Mengapa sukar sekali mengusut kasus ini? Pastinya, ada "back up" yang luar biasa kepada pemberi suap untuk melindungi dari mana sumber awal dana suap itu berasal. Siapa yang melindungi?

Tentunya, orang yang memiliki kekuasaan serta pemilik modal. Jelas ada skenario besar untuk melindungi para pemberi suap dalam kasus pemilihan Deputi Gubernur Senior BI.

Berharap kepada KPK untuk menuntaskan kasus ini juga sulit. Secara politis para pimpinan KPK masih "tersandera" akibat kasus kriminalisasi Bibit-Chandra. KPK menjadi mandul karena tertekan oleh kepentingan kekuasaan dan pemilik modal.

Kasus lain, penjualan "initial public offering" (IPO) saham PT Krakatau Steel. DPR telah mencium modus penipuan di balik skenario harga penawaran perdana saham Krakatau Steel yang dilepas hanya sebesar Rp 850/lembar saham. Ada kekuasaan besar yang memanfaatkan privatisasi BUMN itu untuk merampok kekayaan negara.

Dugaan pelanggaran hukum yang dilakukan yakni praktik manipulasi pasar dan "insider trading" sebagaimana diatur dalam UU Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal.

Sejak awal November 2010, beredar informasi tentang pihak-pihak yang akan menerima jatah keuntungan dari hasil penggorengan saham perusahaan tersebut di pasar sekunder. Gelembung laba hasil penggorengan itu triliunan rupiah. Uang sebanyak itu akan dibagi-bagi ke beberapa kelompok kekuatan politik. Ada sosok sangat "powerfull" yang minta jatah sampai Rp400 miliar.

Harga IPO saham Rp850 itu sebagai skenario untuk sebuah konspirasi yang bertujuan merampok kekayaan negara. Terjadi konspirasi antara kekuatan politik dan para pemilik modal di bursa saham. Para investor besar tak akan bisa memborong saham jika mereka tidak mendapatkan akses.

Nah, akses itu dibuka oleh oknum regulator bursa. Siapa saja pemborong IPO itu akan dilaporkan regulator bursa kepada sosok-sosok yang "sangat berkuasa" dari kekuatan politik tertentu yang ingin merampok dari privatisasi Krakatau Steel. Kalau para investor besar itu coba makan sendiri keuntungannya, akan ada rekayasa menjadikan mereka sosok bermasalah di muka hukum.

Itu sebabnya, muncul isu ada sosok sangat "powerfull yang minta jatah Rp 400 miliar.

Kasus lain yang menggelayuti pemerintahan SBY, adalah kasus Bank Century. Kasus Century yang sudah "menghotelprodeokan" Robert Tantular, sang pemilik bank, bukan saja menarik dikarenakan melibatkan dana yang tidak sedikit Rp 6,7 trilyun. Kasus ini menjadi makin menarik karena ditemukannya indikasi keterlibatan berbagai petinggi teras Indonesia dalam "bail out" Bank Century yang jelas bermasalah.

Subtansi yang bisa diambil dari semua kasus perselingkuhan modal dan kekuasaan adalah gambaran mandulnya supremasi hukum sebagai pilar keadilan hukum dan masih eksisnya pola ekonomi rente yang melibatkan relasi pengusaha sebagai pemilik modal dengan pemegang kekuasaan di Tanah Air.

Pola kolusi yang sama yang juga nyata terlihat dalam kasus Bibit-Chandra, kasus restitusi pajak yang melibatkan para petinggi Dirjen Pajak, serta kasus plesiran Gayus ke Bali.
*) Anggota Komisi III DPR RI, Fraksi Partai Golkar

YAHOO MULAI BERBURU KONTEN BERITA

JAMBI EKSPRES:
Jafar M. Sidik

Yahoo! Berburu Konten Berita

Jangan kaget jika nanti generasi digital yang ke mana-mana "menggenggam" dunia lewat laptop dan ponsel pintarnya, lebih mengakrabi Yahoo!, MSN dan lainnya sebagai sumber berita, bukan koran, televisi, atau kantor berita.

Pemilik akun email Yahoo! misalnya, begitu masuk akun email, mereka tak hanya disajikan fitur pesan, fasilitas chating, dan aplikasi-aplikasi onlinenya, tapi juga sajian konten-konten berita terkini. Saat keluar akun email pun berita-berita tetap menggoda untuk diklik.

Pengajar jurnalisme pada American University, Jube Shive, menulis dalam jurnal "American Journalism Review" edisi September 2010, bahwa betapa perusahaan internet seperti Yahoo! berinovasi melebihi yang ditempuh jurnalisme tradisional. Bahkan, mereka kini membangun "newsroom" untuk mempersibuk trafik (lalu lintas kunjungan) ke lamannya.

Demi trafik, bersama AOL (American Online), Yahoo! agresif berburu wartawan berbobot dari media-media berbobot.

"Mereka memiliki segudang uang untuk merekrut orang-orang berbakat dan berani mengambil risiko serta bereksperimen hanya untuk menarik satu pembaca," kata Jim Brady, mantan editor eksekutif washingtonpost.com.

Mereka mengeksploitasi teknologi Web tercanggih guna mendongkrak topik-topik yang bisa menambah kemenarikan laman.

Tapi, mereka tak bekerja untuk teknologi. "Teknologi yang bekerja untuk kami," kata Presiden AOL Media and Studios, David Eun.

Januari lalu, AOL membayar 36,5 juta dolar AS kepada StudioNow untuk menyempurnakan layanan konten video berita miliknya, Seed.com, yang dikelola mantan reporter New York Times, Saul Hansell.

Sementara Yahoo! mengeluarkan 100 juta dolar untuk membeli "pabrik" berita teks, foto dan video, Associated Content.

Keduanya juga berani mengiming-imingi bonus menggiurkan kepada redaktur jika materi olahannya mendongkrak lalu lintas web. Akibatnya orang-orang baru pun kian betah bekerja.

"AOL berinvestasi besar dengan merekrut orang-orang baru dan mereka ini tak ingin pindah ke lain hati," kata Kevin Blackistone, kolumnis olahraga AOL dan mantan kolumnis Dallas Morning News.

AOL dan Yahoo! mencemplungkan diri ke bisnis konten berita setelah mengetahui portal-portal berita tak lagi menjadi acuan jutaan peselancar yang setiap waktu terhubung ke Internet lewat desktop, laptop dan ponsel-ponsel pintar mereka.

Tahun ini, waktu akses ke portal berita turun 21,7 persen, sebaliknya ke laman-laman jejaring sosial seperti Facebook, Twitter dan YouTube melonjak 18,2 persen.

"Popularitas media sosial meningkat dramatis. Saya kira orang sekarang mendapatkan berita dari sana," kata Bulger.

Yahoo! dan AOL menangkap peluang ini, lalu kian bernafsu memburu konten asli.

"Tak pelak lagi, AOL dan Yahoo! menjadi ancaman terhadap media-media arus utama," kata Jim Brady.

Wartawan berbobot
Awalnya mereka bermain di konten berita olahraga, di samping juga komersial, hiburan dan politik.

"Begitu kami memperoleh kredibilitas dan reaksi positif pembaca, kami memutuskan mengadopsi sukses liputan olahraga ke liputan lainnya dengan mempekerjakan lebih banyak penulis berbakat dan membuat lebih banyak berita," kata James Pitaro, Wakil Presiden Yahoo! Media.

Sementara AOL mendatangkan orang-orang yang paham benar bagaimana bentuk berita.

Mereka juga menoleh aplikasi Web, video dan layanan lainnya untuk mengikat publik. Yahoo! bahkan menautkan sejumlah liputan dengan situs-situs games olahraga.

Seperti laman suratkabar, mereka menyusun berita-beritanya dalam kategori-kategori seperti internasional, bisnis, hiburan, olahraga, politik dan opini, dan semuanya dipimpin wartawan berbobot.

"Desk" berita politik AOL misalnya, dikomandani oleh mantan reporter New York Times, Melinda Henneberger.

Henneberger membawahi 40 jurnalis, termasuk Walter Shapiro (mantan kolumnis USA Today) dan Lynn Sweet, mantan redaktur Chicago Sun-Times yang meliput kampanye Barack Obama pada 2008.

Untuk liputan bisnis, AOL merekrut Mitch Lipka, jurnalis investigatif pasar yang dulu awak Philadelphia Inquirer.

Sumbangan besar AOL lainnya datang dari blog selebritis PopEater, laman berita keuangan DailyFinance dan situs teknologi Engadget.

Yahoo! mengambil pendekatan lain. Ke-75 jurnalisnya tak hanya meliput, tapi juga mengomentari berita yang menjadi "top story" di news.yahoo.com.

Di "desk" olahraga, Yahoo! memiliki 50 staf redaksi, termasuk mantan redaktur Sports Illustrated, Michael Silver. Sementara Jane Sasseen, mantan punggawa BusinessWeek, menjadi kepala redaksi politik dan opini.

Yahoo! dan AOL juga bernafsu menggarap liputan lokal yang dianggap menguntungkan. Di sini, AOL memiliki sepasukan jurnalis yang mengulas kehidupan 100 komunitas di kota-kota kecil di 20 negara bagian AS.

Salah satunya adalah Andrew Brophy, reporter berusia 44 tahun dan mantan redaktur Connecticut Post. Berbekal satu "scanner", satu komputer, satu BlackBerry dan empat kontributor paruh waktu, Brophy membedah kehidupan di sebuah kota di Connecticut.

Kini, Brophy menulis tiga berita lebih banyak dari yang biasa dikerjakannya saat di Connecticut Post. Itu masih ditambah memasok foto, audio, video, dan mengelola komentar untuk menjaga komentar-komentar tetap beradab.

Situs terpopuler
Tak pelak, Yahoo! dan AOL telah membuat media-media tradisional menjadi orang-orang "jaman dulu."

"Internet telah mengubah segalanya. Konsep tenggat berita dan fokus liputan pun menjadi usang," kata Scott Kessler dari Standard and Poor`s.

Meski begitu, Yahoo! dan AOL tetap memuja jurnalisme berbobot dengan merekrut wartawan-wartawan berkualitas.

Tak heran, Milton Coleman, editor senior Washington Post dan Presiden "American Society of News Editors" menyambut kompetisi dari Yahoo! dan AOL sebagai `baik bagi bisnis media.`

Kinerja bisnis Yahoo! sendiri terus mengkilat. Juni lalu, Yahoo! menjadi situs berita terpopuler dengan 40 juta pengunjung setia (unique visitors), sedangkan situs koran yang mampu menyeruak ke atas adalah New York Times dengan 16 juta pengunjung setia.

Yahoo! mengeruk laba bersih hampir 600 juta dolar AS pada 2009 karena mampu memaksimalisasi keuntungan dari trafik, didukung kecepatan menggelarkan konten dan teknologi baru dalam memancing umpan balik pembaca agar setia mengakses lamannya.

"AOL dan Yahoo! memiliki model yang jauh lebih efisien dalam mengirimkan konten dibandingkan media cetak," kata Alan Mutter, mantan editor suratkabar seperti dikutip "American Journalism Review."

Yahoo! dan AOL menggabungkan teknologi pencarian topik dengan materi liputan, mengompilasi data dari mesin-mesin pencari dan sumber lainnya guna memprediksi topik, video, dan foto yang bakal diklik publik. Selebihnya, disempurnakan editor-editor dan penulis profesional.

Tapi mereka juga ada celanya, salah satunya dituduh condong lebih mengekspos berita selebritis dan skandal.

"Jika liputan lebih didasarkan pada minat pembaca, maka Anda bakal lebih mewartakan desas-desus ketimbang hal-hal baru yang terjadi di luar sana," kata Tom Rosenstiel, Direktur "Project for Excellence in Journalism."

Berita-berita serius memang sering luput dari AOL dan Yahoo! karena mereka masih kekurangan jurnalis profesional.

Yahoo! sendiri mendapatkan konten dari 300.000 orang yang mengisi unit Associated Content yang disebut Farhad Manjoo (kolumnis teknologi majalah Slate) hanya berisi tulisan-tulisan buruk dan komentar ecek-ecek.

Namun Yahoo! menganggap Associated Content sebagai platform terbuka di mana orang awam bisa berkontribusi sehingga naif bila semuanya harus memenuhi standard produk jurnalistik ideal.

Yang jelas, Yahoo! telah memaksa media tradisional berpikir keras untuk tetap selaras dengan zaman.

PENDUKUNG WIKILEAKS NYATAKAN PERANG CYBER

JAMBI EKSPRES:
Pendukung WikiLeaks Maklumatkan Perang Cyber

Para peretas, Rabu waktu AS atau Kamis WIB, menyerang laman dua raksasa kartu kredit Mastercard and Visa sebagai balasan karena telah menghentikan aliran dana ke situs peniup-peluit WikiLeaks.

Grup "Anonymus" mengklaim bertangggungjawab dalam perusakkan laman dua perusahaan itu setelah mereka menunda pembayaran untuk Wikileaks, sekaligus serangan atas sebuah bank Swiss yang menutup rekening pendiri WikiLeaks Julian Assange.

"Peretas Mengambilalih Visa.com Atas Nama Wikileaks. Wow, Ini semakin gila saja," demikian isi pesan dari grup itu di situs mikroblog Twitter, dan menandai awal perang cyber.

Sementara itu, pembocoran kawat diplomatik Kementerian Luar Negeri AS yang dilakukan WikiLeaks yang menyatakan tidak tahu menahu dengan serangan peretas itu, terus berlangsung, dengan pengungkapan-pengungkapan terbaru yang disiarkan organisasi-organisasi berita di Amerika Serikat dan Eropa.

Laman suratkabar Inggris The Guardian menyiarkan kawat-kawat diplomatik yang memberitakan seorang eksekutif top raksasa minyak Shell yang menyelusupkan orang-orangnya ke dalam pemerintahan Nigeria sehingga mengetahui apa pun yang dilakukan menteri-menteri Nigeria.

Kawat-kawat diplomatik rahasia lainnya dikirimkan ke New York Times menceritakan bahwa bagaimana Washington menekan Jerman untuk tidak mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap agen-agen CIA yang keliru menangkap seorang warga negara Jerman yang diduga terlibat dalam kelompok militan Islam pada 2003.

Sementara itu, di saat Assange menghabiskan hari pertamanya di penjara London setelah jaminan penangguhan penanganannya ditolak, muncul kabar bahwa sekelompok pengacara ternama Inggris akan memperjuangkannya untuk tidak diekstradisi ke Swedia atas tuduhan pemerkosaan.

WikiLeaks telah membuat pemerintah seluruh dunia marah karena menyiarkan gelombang kawat diplomatik AS, yang mengungkap banyak hal, dari pandangan China terhadap Korea Utara sampai penggambaran-penggambaran tidak menyenangkan para pemimpin dunia.

Setelah WikiLeaks meminta sumbangan untuk melanjutkan aktivitasnya, Mastercard dan Visa menyatakan menangguhkan pembayaran kepada situs itu. Langkah ini memicu serangan ke laman dua raksasa kartu kredit tersebut.

Layanan perbankan Kantor Pos Swiss, PostFinance, juga menjadi sasaran serangan Rabu kemarin setelah sebelumnya di pekan ini menutup rekening Assange dengan alasan Assange telah memberikan informasi palsu.

Serangan Cyber oleh "Anonymous" meyebabkan tiga situs mati (offline) Rabu waktu AS atau Kamis WIB ini.

Bahkan ikon konservatif AS Sarah Palin menjadi target serangan karena menyerukan penangkapan Assange dan menyamakan kesegeraan menangkap Assange dengan memburu para pemimpin Al-Qaeda dan Taliban.

Dalan pernyataannya kepada BBC, Mastercard mengklaim serangan itu hanya berdampak kecil pada layanannya, "Kami mengalami gangguan kecil pada beberapa layanan web, pemegang kartu dapat terus menggunakan kartu mereka untuk transaksi aman secara global."

"Anonymous" melancarkan kampanye serangannya pada akhir pekan ini dengan menyerang PayPal yang sebelumnya memblokir transfer keuangan WikiLeaks pekan lalu.

Kelompok peretas ini diklaim telah merekrut 4 ribu peretas untuk melancarkan serangan terkoordinasi dengan memperlambat sebuah situs atau mematikannya sama sekali.

"Siapapun yang memiliki agenda anti-WikiLeaks berada dalam jangkaun serangan kami," kata kelompok itu melalui percakapan online dengan Agence France-Presse.

Kepada AFP, Juru bicara Wikileaks Kristinn Hrafnsson mengatakan bahwa para peretas ini tidak ada kaitannya WikiLeaks.

"Kami tidak terkait dengan mereka dan ini adalah keputusan yang mereka ambil sendiri. Ini adalah bagian dari respons pasar yang saya kumpulkan," katanya.

Geoffrey Robertson, pengacara ternama yang memiliki reputasi cemerlang dalam membela para korban pelanggaran hak asasi manusia, akan membela Assange dalam upayanya untuk mencegah ekstradisi ke Swedia guna menghadapi tuduhan perkosaan dan pelecehan seksual.

Setelah selama berminggu-minggu bersembunyi, Assange akhirnya muncul Selasa lalu dan menyerahkan diri ke polisi di London. Dia juga tampil menghadap hakim yahg menolak penangguhan penahanannya yang diajukan sejumlah selebritis, termasuk sutradara film Ken Loach.

Assange diperintahkan untuk kembali menjalani peradilan 14 Desember nanti.

Para pendukung Assange bersikeras bahwa permintaan ekstradisi itu didasari tujuan politik, sebuah tuduhan yang ditolak pengacara bagi dua perempuan Swedia yang berada di balik tuduhan pemerkosaan terhadap Assange.

"Sama sekali tak ada kaitan antara kedua perempuan yang berperkara itu dengan WikiLeaks, CIA dan pemerintah AS," kata Claes Borgstroem kepada Reuters di Stockholm.

Dalam rilis lainnya, meskipun Assange ditangkap, WikiLeaks yang berjanji untuk terus menyiarkan kawat-kawat diplomatik menunjukkan Washington menyebut mantan perdana menteri Australia Kevin Rudd sebagai "si aneh yang tak bisa mengendalikan diri."

Kata-kata itu membuat Rudd --yang kini Menteri Luar Negeri Australia-- menuding AS berada di balik pembocoran kawat diplomatik tersebut dengan menyebutnya sebagai "masalah dasar" dalam keamanan diplomatik AS.
0 komentar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar