Rabu, 03 November 2010

SKANDAL TERBARU SILVIO BERLUSCONI (PM) ITALIA MENGATAKAN: LEBIH TERANSANG PEREMPUAN DARI PADA SAYA JADI GAY

KERINCI:

  

JAMBI EKSPRES:
Rabu, 3 November 2010 | 10:20 WIB

PM Italia Silvio Berlusconi dan Ruby, penari perut asal Maroko.
Seakan tak henti dirundung skandal, Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi kembali mengundang kontroversi dengan dugaan skandal terbaru yang kembali melilitnya. Bahkan, Berlusconi berani mengeluarkan pernyataan penuh sensasi menanggapi dugaan skandal seks terbaru yang ditudingkan ke arah dirinya.

"Lebih baik terangsang karena perempuan cantik ketimbang menjadi gay," demikian komentar pria berusia 74 tahun itu diarahkan ke kaum pria yang dianggapnya tidak menaruh ketertarikan terhadap perempuan.

Komentar yang mengundang reaksi keras dari kelompok pendukung HAM gay Italia, Archigay, disampaikan Berlusconi dalam sebuah ekshibisi di Milan setelah ia diketahui bermalam bersama seorang penari perut, Karima Keyek (18), setahun lalu. Karima Keyek yang saat itu masih berusia 17 tahun diketahui mendapat imbalan uang tunai, seuntai kalung berlian, serta sebuah mobil dari Berlusconi.

Namun, Keyek bersikeras menekankan tidak terjadi hubungan seks antara dirinya dengan politikus yang berangkat dari karier sebagai taipan media itu. Menurut Keyek, Berlusconi telah bersikap "layaknya seorang ayah" terhadap dirinya sepanjang malam.

Namun, pertanyaan kemudian muncul di publik seputar skandal hubungan ini setelah Mei silam Berlusconi menelepon polisi Milan untuk membebaskan Keyek yang diringkus karena mencuri uang senilai Rp 36 juta dari seorang sahabat. Berlusconi dianggap telah menyalahgunakan kekuasaan dengan alasan yang tidak tepat, dengan mengatakan kepada polisi bahwa Keyek masih kerabat dari Presiden Mesir Hosni Mubarak.

Sementara Paolo Patane dari Archigay mengecam Berlusconi atas komentarnya yang dinilai tidak hanya melecehkan kaum homo, tetapi juga kaum perempuan. "Berlusconi seharusnya segera memohon maaf terutama pada kaum homo dan perempuan karena komentar seperti itu tidak seharusnya terlontar dari mulut seorang pemimpin pemerintahan di Eropa," tutur Paolo Patane.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar