Kamis, 02 September 2010

BANK SYARIAH GENJOT PENYALURAN KREDIT

Berita Kerinci Perbankan syariah tampaknya tidak mau ketinggalan memanfaatkan momentum puasa dan Lebaran. Bank syariah menargetkan penyaluran kreditnya, bisa lebih tinggi disbanding bulan lalu. Ambil contoh Bank Syariah Mandiri (BSM) Cabang Jambi. Sepanjang Agustus ini, unit usaha syariah (UUS) Bank Mandiri ini mematok mengucurkan pembiayaan sebesar Rp 65 miliar. “Jumlah ini naik sekitar 50 persen dari bulan lalu,” kata Kepala Bank Syariah Mandiri (BSM) Cabang Jambi, Leo Agus Sandi, kepada Tribun, Kamis (12/8). Dari jumlah itu, porsi kredit konsumtif tampak lebih besar. Menurut Leo, untuk pembiayaan consumer sekitar Rp 50 miliar dan kredit produktif atau komersil Rp 15 miliar. “Untuk pembiayaan consumer itu seperti pembiayaan bagi guru dan karyawan. Sementara untuk komersil seperti usaha mikro kecil menengah,” kata Leo saat ditemui di kantornya. BSM menyasar tiga segmen untuk menyalurkan dananya, yakni consumer, komersil, dan corporate. Namun, kata dia, untuk target corporate tidak bisa ditargetkan karena kebutuhan dari perusahaan tidak menentu. Meski tidak mengatakan dengan lugas kenaikan target tersebut terkait Ramadan, tapi ia membenarkan momentum saat ini banyak orang yang membeli kendaraan. “Apalagi saat ini kebutuhan akan kendaraan meningkat, mengingat akan digunakan untuk pulang kampung. Jadi kita memberikan kemudahan untuk memiliki kendaraan dan rumah,” paparnya. Untuk pembiayaan komersil kepada UMKM, BSM memberi pembiayaan sampai dengan Rp 100 juta, dan Rp 500 juta untuk program kredit usaha rakyat (KUR). Adapun untuk kredit bagi perusahaan di antaranya berupa modal kerja dan investasi. “Tapi saat ini kita lebih memfokuskan kepada pembiayaan consumer dan komersil, komposisinya 50 persen untuk consumer, 35 persen untuk komersil. Sisanya 15 persen untuk korporasi. Alasannya, untuk meminimkan risiko,” terangnya. Leo mengklaim, capaian untuk pembiayaan konsumtif sudah mencapai 50 persen dari target. Sementara untuk kredit produktif atau komersil justru di atas target. Capaiannya, kata dia, sudah 100,5 persen. “BSM optimistis bisa mencapai target karena saat ini ekonomi Provinsi Jambi mulai meningkat. Selain tentunya karena margin yang ditawarkan kompetitif dan angsurannya flat hingga akhir masa pembiayaan,” ujar Leo. Tak Ada Target Khusus Terpisah, Kepala Bank BRI Syariah Cabang Jambi, Deden Saepudin, menuturkan, mereka tidak secara khsusus menargetkan pembiayaan selama Ramadan dan lebaran. Terlebih, ia mengklaim, capaian penyaluran kredit BRI Syariah sudah over target. Untuk pembiayaan kredit pemilikan rumah (KPR), misalnya. Deden bilang, penyalurannya sudah mencapai 215 persen. Sementara untuk untuk gadai emas, sebesar 256 persen. Ia menambahkan, data dari Januari-Juli, ada pertumbuhan perolehan dana pihak ketiga (DPK). Untuk tabungan over target hingga 105 persen, deposito sekitar 72 persen. “Sementara untuk pembiayaan tumbuh sekitar 88 persen dari tahun lalu,” kata Deden. Peggy Tri Regina, Marketing Coordinator Bank Muamalat, menerangkan, semua produk pembiayaan seperti pembiayaan jual beli, talangan haji, modal kerja dan KPR, capaiannya sudah 100 persen. “Target kita pertahunnya Rp 12 miliar, jadi saat ini pencapaiannya sudah 100 persen dari semua pembiayaan,” kata Peggy Secara keseluruhan, dari bank syariah dan unit usaha syariah yang ada di Jambi, pembiayaan untuk modal kerja jadi primadona. Total jenderal pembiayaan untuk sektor tersebut mencapai Rp 269 miliar. Demikian, hasil kajian Bank Indonesia yang tertuang dalam Statistik Perbankan Syariah periode Mei 2010. BI melansir, untuk Provinsi Jambi, kredit bagi modal kerja jauh di atas dua sektor lainnya, yakni investasi dan konsumsi. Untuk pembiayaan konsumsi, totalnya sebesar Rp 126 miliar, disusul kredit investasi yang hanya Rp 79 miliar. Sehingga, total pembiayaan yang disalurkan bank syariah adalah Rp 474 miliar hingga Mei lalu. Sementara, untuk aset keseluruhan yang dimiliki bank syariah di Jambi mencapai Rp 509 miliar. Berbanding terbalik dengan penyaluran kredit, untuk penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) hanya separuh dari pembiayaan, yakni sebesar Rp 262 miliar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar